PERINTAHUNTUK MENGIKUTI SUNNAH RASULULLAH DAN LARANGAN DARI FANATISME DAN TAQLID. Oleh. Syaikh Masyhur bin Hasan Alu Salman. Segala puji bagi Allah, Rabb semesta alam. Shalawat dan salam semoga selalu tercurahkan kepada Nabi Muhammad Shallallahu 'alaihi wa sallam, keluarganya dan semua sahabatnya. Saudara-saudara yang saya cintai karena Allah.
Dansepeninggalku nanti, kalian akan melihat perselisihan yang sangat dahsyat, maka hendaklah kalian berpegang dengan sunnahku dan sunnah para khulafaur Rasyidin yang mendapat petunjuk. Gigitlah sunnah itu dengan gigi geraham, dan jangan sampai kalian mengikuti perkara-perkara yang dibuat-buat, karena sesungguhnya semua bid'ah itu adalah
PerintahUntuk Mengikuti Sunnah Rasulullah Segala puji bagi Allah, Rabb semesta alam. maka lebih baik dia mengikuti jalan para sahabat, karena kebaikan hanya dari jalan mereka. Maka hendaklah kalian berpegang teguh dengan Sunnah-ku, dan sunnah para khulafaur rasyidin yang mendapat petunjuk. Gigitlah (peganglah) sunnah tersebut dengan
PENGERTIANAl Khulafaur Rasyidin merupakan kekhalifahan yang berdiri setelah wafatnya Rasulullah Shallallahu alaihi wassallam. Khulafaur Rasyidin adalah orang-orang yang ditunjuk menjadi pengganti Nabi Muhammad untuk memimpin umat Islam yang mendapat petunjuk dari Allah Subhanahu wata'ala.. Rasulullah Shallallahu alaihi wassallam bersabda, "Dahulu Bani Israil dipimpin oleh para nabi.
CuEzc. Ilustrasi masjid. Foto UnsplashKhulafaur Rasyidin adalah para khalifah yang menggantikan kepemimpinan Islam setelah ditinggal wafat oleh Nabi Muhammad SAW. Jadi, setelah beliau wafat, posisi kepemimpinan pemerintahan dan umat diteruskan oleh mereka. Khulafaur Rasyidin berasal dari bahasa Arab yang terdiri atas dua kata, yaitu khulafa dan rasyidin. Secara bahasa, khulafa artinya banyak khalifah pemimpin. Adapun kata rasyidin berarti arif dan bijaksana. Jadi, Khulafaur Rasyidin mempunyai arti pemimpin yang arif dan bijaksana setelah Rasulullah wafat. Para Khulafaur Rasyidin terdiri atas para sahabat Rasulullah yang berkualitas tinggi dan baik. Adapun sifat-sifat yang mereka miliki antara arif dan bijaksana, berilmu yang luas dan mendalam, berani bertindak, berwibawa, belas kasihan dan kasih sayang, berilmu agama yang amat luas, serta melaksanakan hukum-hukum sahabat Nabi yang disebut Khulafaur Rasyidin berjumlah empat orang khalifah. Untuk mengetahui lebih jelas mengenai Khulafaur Rasyidin, simak uraian lengkapnya di bawah ini. Siapa Saja yang Termasuk Khulafaur Rasyidin?Ilustrasi masjid. Foto UnsplashKhulafaur Rasyidin terdiri dari empat orang sahabat Nabi yang tergolong sangat dekat, yaitu Abu Bakar Ash-Shiddiq, Umar bin Khattab, Utsman bin Affan, Ali bin Abi Thalib. Berlangsung selama 30 tahun kepemimpinan, keempatnya memiliki pencapaian yang berbeda-beda, baik dalam pemerintahan, kemapanan ekonomi, hingga soal ekspansi Islam ke negara-negara keempat sahabat tersebut, siapa nama Khulafaur Rasyidin yang pertama? Abu Bakar merupakan khalifah pertama yang meneruskan kepemimpinan pemerintahan Islam. Mengutip Sejarah Peradaban Islam Terlengkap Periode Klasik, Pertengahan, dan Modern oleh Rizem Aizid 2021 187-225, adapun nama-nama Khulafaur Rasyidin dan biografinya dalam sejarah Islam adalah sebagai berikut. 1. Abu Bakar Ash-Shiddiq 11-13 HijriahAbu Bakar adalah orang pertama dari kalangan sahabat yang menjadi khalifah untuk meneruskan perjuangan setelah Rasulullah wafat. Beliau juga orang pertama yang memeluk Islam dan diberitakan akan masuk surga. Nama Abu Bakar sebelum masuk Islam adalah Abu Ka'bah, yang kemudian diganti Rasulullah menjadi Abdullah Abdullah Abi Quhafah At-Tamimi. Beliau lahir tahun 573 M, lebih muda 3 tahun dibandingkan Rasulullah. Abu Bakar merupakan orang yang menemani Rasulullah sejak beliau masuk Islam hingga wafat. Ia hampir tidak pernah berpisah dengan Rasulullah, kecuali saat diberi izin untuk melaksanakan ibadah haji dan berperang. Abu Bakar sendiri adalah julukan yang berarti pelopor pagi hari, karena beliau termasuk laki-laki yang pertama kali masuk Islam. Gelar As-Shiddiq yang berarti "benar" diperoleh Abu Bakar karena selalu membenarkan apa yang dikatakan Rasulullah. Gelar ini muncul sejak Abu Bakar tanpa pikir panjang langsung mempercayai peristiwa besar yang membuat gempar seisi Quraisy, yaitu Isra Miraj. Abu Bakar memangku jabatan khalifah selama 2 tahun tiga bulan. Masa itu dihabiskannya untuk mengatasi berbagai masalah dalam negeri yang muncul akibat wafatnya Nabi Muhammad. Selama periode kepemimpinannya tersebut, beberapa pencapaian yang diperoleh beliau di antaranyaMenanamkan budaya musyawarah dalam menyikapi suatu masalah. Apabila terjadi suatu perkara, Abu Bakar selalu mencari hukumnya dalam kitab pemerintah yang tertib, baik di pusat dan di politif bersifat sentral, sehingga kekuatan legislatif, eksekutif, dan yudikatif terpusat di tangan Abu Bakar. Menyusun dan menulis mushaf nabi palsu, Musailamah pasukan di bawah pimpinan Usamah bin Zaid untuk memerangi kaum Romawi sebagai realisasi dari rencanan Rasulullah sewaktu masih wilayah Islam keluar Arab hingga ke Syria dan Baitul Mal semacam lembaga keuangan dan mendistribusikan zakat kepada masyarakat. 2. Umar bin Khattab 13-23 HijriahBeliau lahir di Makkah pada tahun 583 M, 12 tahun lebih muda dari Rasullullah. Umar bin Khattab masuk Islam di tahun kelima kenabian. Beliau menjadi salah satu sahabat terdekat sekaligus pelindung utama Nabi. Berbeda dengan Abu Bakar yang terpilih secara aklamasi, Umar bin Khattab ditunjuk menjadi khalifah melalui wasiat yang diberikan Abu Bakar sebelum wafat. Umar bin Khattab termasuk salah satu sahabat dengan peranan yang paling menonjol dalam sejarah Islam. Beliau dikenal sebagai tokoh yang sangat bijaksana, kreatif, dan jenius. Sejumlah pencapaian yang diperoleh beliau selama menjadi Khulafaur Rasyidin, di antaranyaMemperluas dan merenovasi Masjidil Haram di Makkah dan Masjid Nabawi di Madinah. Meluasnya daerah ekspansi Islam ke beberapa wilayah, seperti Syria, Palestina, Mesir, dan kepengurusan administrasi negara yang terdiri dari khalifah, wali gubernur, dan dewan-dewan Al-Kharaj atau pajak tanah bagi tanah yang didapat dengan percetakan mata Utsman bin Affan 23-36 HijriahUtsman bin Affan menjadi khalifah melalui formatur sebanyak enam orang yang ditunjuk oleh Umar bin Khattab. Pada pemerintahannya, Utsman bin Affan mengalami masa kepemimpinan yang sulit. Bernama lengkap Utsman bin Affan bin Abil Ash bin Umayyah, beliau masuk Islam atas ajakan Abu Bakar, saat usianya 30 tahun. Latar belakang keluarganya terpandang, secara ekonomi juga sangat berkecukupan. Namun, kepribadiannya sederhana dan terkenal tidak tanggung-tanggung dalam menyalurkan hartanya di jalan Islam. Utsman bin Affan mendapat gelar Dzun Nurain, karena menikahi dua putri Rasulullah, yaitu Ruqayyah dan Ummu Kultsum berurutan setelah salah satunya meninggal.Meskipun mengalami awal kepemimpinan yang sulit setelah Umar bin Khattab meninggal, tapi masa kekhalifahan Utsman bin Affan termasuk yang paling makmur dan sejahtera. Selama pemerintahannya, pencapaian beliau yang paling terkenal di antaranyaMenyeragamkan cara baca Alquran dan mengumpulkan serta menyusunnya dalam satu tugas administrasi sistem militer angkatan Ali bin Abi Thalib 36-41 HijriahAli bin Abi Thalib adalah khalifah keempat yang berkuasa selama masa pemerintahan Khulafaur Rasyidin. Beliau adalah putra paman terdekat Nabi, yaitu Abi Thalib. Ali bin Abi Thalib dilahirkan sepuluh tahun sebelum Nabi Muhammad diangkat menjadi Rasul. Ali menjadi orang pertama yang masuk Islam dari kalangan anak-anak, saat itu usianya baru 10 salah satu orang yang pertama memeluk Islam, Ali bin Abi Thalib telah terlibat dalam berbagai peran besar sejak masa kenabian. Beberapa pencapaian yang diperoleh saat beliau menjadi Khulafaur Rasyidin selama sekitar lima tahun di antaranyaMemperbaiki sistem pengelolaan kekuangan dengan menarik kembali harta atau tanah para pejabat yang dihadiahkan oleh pemerintahan Utsman bin Affan. Menyebarkan Islam hingga ke daerah Barat pusat pemerintahan Islam, dari Madinah ke pusat ilmu tasfir, ilmu hadis, dan ilmu pengetahuan lainnya. Mengganti pejabat-pejabat yang dinilai kurang ilmu nahwu atau ilmu tata bahasa Khulafaur Rasyidin Hanya Berjumlah 4 Orang Saja?Ilustrasi Alquran. Foto UnsplashSeperti yang telah disebutkan, Khulafaur Rasyidin hanya berjumlah empat orang saja. Mengapa demikian? Disebut Khulafaur Rasyidin dan hanya berjumlah empat orang karena mereka punya keistimewaan khusus daripada yang lain. Meskipun yang setelahnya juga sahabat, tapi tidak memiliki keistimewaan seperti yang mereka miliki. Hal tersebut dijelaskan dalam hadis riwayat At-Tirmidzi, Nabi Muhammad bersabda yang artinya"Hendaklah kalian berpegang dengan sunahku dan sunah para Khulafaur Rasyidin setelahku, gigitlah dengan gigi geraham." HR. At-TirmidziSetelah itu, Nabi juga bersabda "Kekhalifahan setelahku adalah 30 tahun." HR. Ahmad, Abu Dawud, dan At-TirmidziBerdasarkan hadis tersebut, Asy-Syaikh Al-Albani dalam Irwaul Ghalil menjelaskan bahwa akhir dari kekhalifahan adalah masa pemerintahan Ali bin Abi Thalib. Khalifah Islam Ada Berapa?Ilustrasi masjid. Foto UnsplashMeskipun khalifah yang termasuk dalam Khulafaur Rasyidin berjumlah empat orang saja, pemerintahan Islam setelah itu masih diduduki oleh para khalifah sejarah Islam, kekhalifahan dibagi menjadi empat periode, yaitu Khilafah Rasyidah, Khilafah Bani Umayyah, Khilfah Bani Abbasiyah, dan Khilafah Bani Utsmaniyyah. Mengutip laman SD Al-Rasyid Pekanbaru, berikut jumlah khalifah Islam sesuai dengan periode kekhalifannya. Khilafah Rasidah terdiri dari lima orang sahabat Nabi yang menjadi khalifah secara bergantian, mulai dari Abu Bakar hingga Al-Hasan bin Ali. Khilafah Bani Umayyah terdiri dari 14 orang khalifah, dimulai dari Mu'awiyyah bin Abi Sufyan hingga Marwan bin Muhammad. 3. Khilafah Bani AbbasiyahKhilafah Bani Abasiyah terdiri dari 55 orang khalifah, dimulai dari Abul Abbas Al-Safaah hingga Al-Mutawakil Ala Al-Allah IV. 4. Khilafah Bani UtsmaniyyahKhilafah Bani Utsmaniyyah terdiri dari 30 orang khalifah, dimulai dari Salim I sampai Abdul Majid II. Jadi, khalifah Islam keseluruhan berjumlah 104 orang yang memimpin pemerintahan Islam, dengan 4 orang di antaranya merupakan Khulafaur Rasyidin.
سنن ابن ماجه ٢٤ حَدَّثَنَا عَبْدُ اللهِ بْنُ أَحْمَدَ بْنِ بَشِيْرِ بْنِ ذَكْوَانَ الدِّمَشْقِيُّ حَدَّثَنَا الْوَلِيْدُ بْنُ مُسْلِمٍ حَدَّثَنَا عَبْدُ اللهِ بْنُ الْعَلَاءِ حَدَّثَنِيْ يَحْيَى بْنُ أَبِي الْمُطَاعِ قَالَ سَمِعْتُ الْعِرْبَاضَ بْنَ سَارِيَةَ يَقُوْلُ قَامَ فِيْنَا رَسُوْلُ اللهِ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَ سَلَّمَ ذَاتَ يَوْمٍ فَوَعَظَنَا مَوْعِظَةً بَلِيْغَةً وَجِلَتْ مِنْهَا الْقُلُوْبُ وَ ذَرَفَتْ مِنْهَا الْعُيُوْنُ فَقِيْلَ يَا رَسُوْلَ اللهِ وَعَظْتَنَا مَوْعِظَةَ مُوَدِّعٍ فَاعْهَدْ إِلَيْنَا بِعَهْدٍ فَقَالَ عَلَيْكُمْ بِتَقْوَى اللهِ وَ السَّمْعِ وَ الطَّاعَةِ وَ إِنْ عَبْدًا حَبَشِيًّا وَ سَتَرَوْنَ مِنْ بَعْدِيْ اخْتِلَافًا شَدِيْدًا فَعَلَيْكُمْ بِسُنَّتِيْ وَ سُنَّةِ الْخُلَفَاءِ الرَّاشِدِيْنَ الْمَهْدِيِّيْنَ عَضُّوْا عَلَيْهَا بِالنَّوَاجِذِ وَ إِيَّاكُمْ وَ الْأُمُوْرَ الْمُحْدَثَاتِ فَإِنَّ كُلَّ بِدْعَةٍ ضَلَالَةٌ. Sunan Ibnu Mājah 42 Telah menceritakan kepada kami Abdullāh bin Aḥmad bin Basyīr bin Dzakwān ad-Dimasyqī berkata Telah menceritakan kepada kami al-Walīd bin Muslim berkata Telah menceritakan kepada kami Abdullāh bin al-Alā’ berkata Telah menceritakan kepadaku Yaḥyā bin Abil-Muthā ia berkata Aku mendengar Irbādh bin Sāriyah berkata “Pada suatu hari Rasūlullāh shallallāhu alaihi wa sallam berdiri di tengah-tengah kami. Beliau memberi nasihat yang sangat menyentuh, membuat hati menjadi gemetar, dan airmata berlinangan. Lalu dikatakan “Wahai Rasūlullāh, engkau telah memberikan nasihat kepada kami satu nasihat perpisahan, maka berilah kami satu wasiat.” Beliau bersabda “Hendaklah kalian bertakwa kepada Allah, mendengar dan taat meski kepada seorang budak Habasyi. Dan sepeninggalku nanti, kalian akan melihat perselisihan yang sangat dahsyat, maka hendaklah kalian berpegang dengan sunnahku dan sunnah para khulafaur Rasyidin yang mendapat petunjuk. Gigitlah sunnah itu dengan gigi geraham, dan jangan sampai kalian mengikuti perkara-perkara yang dibuat-buat, karena sesungguhnya semua bid’ah itu adalah sesat.“Derajat Syaikh al-Albani SAD 3991; MA 16521, 16522; SD ابن ماجه ٣٤ حَدَّثَنَا إِسْمَاعِيْلُ بْنُ بِشْرِ بْنِ مَنْصُوْرٍ وَ إِسْحَاقُ بْنُ إِبْرَاهِيْمَ السَّوَّاقُ قَالَا حَدَّثَنَا عَبْدُ الرَّحْمنِ بْنُ مَهْدِيٍّ عَنْ مُعَاوِيَةَ بْنِ صَالِحٍ عَنْ ضَمْرَةَ بْنِ حَبِيْبٍ عَنْ عَبْدِ الرَّحْمَنِ بْنِ عَمْرٍو السُّلَمِيِّ أَنَّهُ سَمِعَ الْعِرْبَاضَ بْنَ سَارِيَةَ يَقُوْلُ وَعَظَنَا رَسُوْلُ اللهِ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَ سَلَّمَ مَوْعِظَةً ذَرَفَتْ مِنْهَا الْعُيُوْنُ وَ وَجِلَتْ مِنْهَا الْقُلُوْبُ فَقُلْنَا يَا رَسُوْلَ اللهِ إِنَّ هذِهِ لَمَوْعِظَةُ مُوَدِّعٍ فَمَاذَا تَعْهَدُ إِلَيْنَا قَالَ قَدْ تَرَكْتُكُمْ عَلَى الْبَيْضَاءِ لَيْلُهَا كَنَهَارِهَا لَا يَزِيْغُ عَنْهَا بَعْدِيْ إِلَّا هَالِكٌ مَنْ يَعِشْ مِنْكُمْ فَسَيَرَى اخْتِلَافًا كَثِيْرًا فَعَلَيْكُمْ بِمَا عَرَفْتُمْ مِنْ سُنَّتِيْ وَ سُنَّةِ الْخُلَفَاءِ الرَّاشِدِيْنَ الْمَهْدِيِّيْنَ عَضُّوْا عَلَيْهَا بِالنَّوَاجِذِ وَ عَلَيْكُمْ بِالطَّاعَةِ وَ إِنْ عَبْدًا حَبَشِيًّا فَإِنَّمَا الْمُؤْمِنُ كَالْجَمَلِ الْأَنِفِ حَيْثُمَا قِيْدَ انْقَادَ. حَدَّثَنَا يَحْيَى بْنُ حَكِيْمٍ حَدَّثَنَا عَبْدُ الْمَلِكِ بْنُ الصَّبَّاحِ الْمِسْمَعِيُّ. حَدَّثَنَا ثَوْرُ بْنُ يَزِيْدَ عَنْ خَالِدِ بْنِ مَعْدَانَ عَنْ عَبْدِ الرَّحْمنِ بْنِ عَمْرٍو عَنْ الْعِرْبَاضِ بْنِ سَارِيَةَ قَالَ صَلَّى بِنَا رَسُوْلُ اللهِ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَ سَلَّمَ صَلَاةَ الصُّبْحِ ثُمَّ أَقْبَلَ عَلَيْنَا بِوَجْهِهِ فَوَعَظَنَا مَوْعِظَةً بَلِيْغَةً فَذَكَرَ Ibnu Mājah 43 Telah menceritakan kepada kami Ismāīl bin Bisyr bin Manshūr dan Isḥāq bin Ibrāhīm as-Sawwāq keduanya berkata Telah menceritakan kepada kami Abd-ur-Raḥmān bin Mahdī, dari Muāwiyah bin Shāliḥ, dari Dhamrah bin Ḥabīb, dari Abd-ur-Raḥmān bin Amru as-Sulamī bahwasanya ia mendengar Irbādh bin Sāriyah berkata Rasūlullāh shallallāhu alaihi wa sallam memberi kami satu nasihat yang membuat air mata mengalir dan hati menjadi gemetar. Maka kami berkata kepada beliau “Ya Rasūlullāh, sesungguhnya ini merupakan nasihat perpisahan, lalu apa yang engkau wasiatkan kepada kami?” Rasūlullāh shallallāhu alaihi wa sallam bersabda “Aku telah tinggalkan untuk kalian petunjuk yang terang, malamnya seperti siang. Tidak ada yang berpaling darinya setelahku melainkan ia akan binasa. Barang siapa di antara kalian hidup, maka ia akan melihat banyaknya perselisihan. Maka kalian wajib berpegang teguh dengan apa yang kalian ketahui dari sunnahku, dan sunnah para Khulafā’-ur-Rāsyidīn yang mendapat petunjuk, gigitlah sunnah-sunnah itu dengan gigi geraham. Hendaklah kalian taat meski kepada seorang budak Ḥabasyi. Orang mukmin itu seperti seekor unta jinak, di mana saja dia diikat dia akan menurutinya.“ Telah menceritakan kepada kami Yaḥyā bin Ḥakīm berkata Telah menceritakan kepada kami Abd-ul-Mālik bin ash-Shabbāḥ al-Mismaī berkata Telah menceritakan kepada kami Tsaur bin Yazīd, dari Khālid bin Madān, dari Abd-ur-Raḥmān bin Amru, dari Irbādh bin Sāriyah ia berkata “Rasūlullāh shallallāhu alaihi wa sallam mengimami kami pada shalat Shubuh, kemudian Beliau berpaling kepada kami dan memberi nasihat yang sangat menyentuh.” Lalu ia menyebutkan sebagaimana dalam hadits di Syaikh al-Albani MA pada 20 Agustus Dari 457 372Kali.
PERINTAH UNTUK MENGIKUTI SUNNAH RASULULLAH DAN LARANGAN DARI FANATISME DAN TAQLIDOleh Syaikh Masyhur bin Hasan Alu SalmanSegala puji bagi Allah, Rabb semesta alam. Shalawat dan salam semoga selalu tercurahkan kepada Nabi Muhammad Shallallahu alaihi wa sallam, keluarganya dan semua yang saya cintai karena Allah. Saya bersaksi di hadapan Allah, bahwa saya mencintai antum semua dan orang-orang shalih di negeri ini semata karena Allah. Saya datang ke Indonesia untuk yang ketiga kalinya. Dan saya –alhamdulillah- mendapatkan kebaikan yang sangat banyak di negeri ini. Saya berdoa semoga Allah menjadikan kita termasuk orang-orang yang dikatakan oleh Rasulullah Shallallahu alaihi wa sallam dalam hadits qudsi وَجَبَتْ مَحَبَّتِي فِي الْمُتَجَالِسِينَ فِيَّ وَ وَجَبَتْ مَحَبَّتِي فِي الْمُتَزَاوِرِينَ فِيَّOrang-orang yang duduk di satu majelis karena Aku, maka mereka pasti mendapatkan kecintaan dari-Ku. Orang-orang yang berkumpul karena Aku, maka telah mendapatkan kecintaan kita ketahui bersama, orang yang masuk ke dalam agama Islam harus mengatakan أَشْهَدُ أَنْ لا إلَهَ إلا الله, وَأَشْهَدُ أنَّ مُحَمَّدًا رَسُولُ اللهِDua kalimat tersebut merupakan kalimat yang sangat agung. Seseorang tidak bisa dikatakan muslim, kecuali jika dia telah mengucapkan dua kalimat tersebut, memahami dan melakukan konsekuensi dari kedua kalimat makna perkataan أَشْهَدُ أَنْ لا إلَهَ إلا الله adalah tidak ada sesembahan yang berhak untuk disembah kecuali Allah. Maka wajib bagi seorang muslim untuk merealisasikan ubudiyahnya kepada Allah. Ubudiyah kepada Allah adalah kecintaan yang sempurna, taat dan tunduk terhadap perintahNya. Oleh sebab itulah, semua para nabi datang membawa panji الدِّينَ عِندَ اللَّهِ الْإِسْلَامُSesungguhnya agama yang Allah diridhai di sisiNya adalah Islam.[Ali Imran/319].Allah يَبْتَغِ غَيْرَ الْإِسْلَامِ دِينًا فَلَن يُقْبَلَDan barangsiapa yang menginginkan agama selain Islam, maka tidak akan pernah diterima agama itu darinya.[Ali Imran/385].Semua agama di atas bumi adalah agama yang batil, kecuali Islam. Allah tidak akan menerima dan rela untuk hambaNya, kecuali agama Islam ini. Agama ini wajib dijalankan dan diamalkan oleh kaum muslimin. Allah لَكُم مِّنَ الدِّينِ مَا وَصَّىٰ بِهِ نُوحًا وَالَّذِي أَوْحَيْنَا إِلَيْكَ وَمَا وَصَّيْنَا بِهِ إِبْرَاهِيمَ وَمُوسَىٰ وَعِيسَىٰ ۖ أَنْ أَقِيمُوا الدِّينَ وَلَا تَتَفَرَّقُوا فِيهِ ۚ كَبُرَ عَلَى الْمُشْرِكِينَ مَا تَدْعُوهُمْ إِلَيْهِ ۚ اللَّهُ يَجْتَبِي إِلَيْهِ مَن يَشَاءُ وَيَهْدِي إِلَيْهِ مَن يُنِيبُAllah telah mensyariatkan bagi kalian agama seperti yang telah diwasiatkanNya kepada Nuh dan apa yang telah Kami wahyukan kepadamu Muhammad dan Kami wasiatkan kepada Ibrahim, Musa dan Isa yaitu “Tegakkanlah agama dan janganlah kalian berpecah-belah tentangnya. Amat berat bagi kaum musyrikin agama yang kamu serukan mereka kepadanya. Allah memilih orang-orang yang dikehendakiNya kepada agamaNya dan memberikan petunjuk kepada agamaNya orang-orang yang kembali kepadaNya. [Asy-Syura/4213].Allah memilih orang-orang tertentu dari kalangan ahli tauhid dan ahli dien. Namun syi’ar slogan seorang muslim adalah tauhid dan Sunnah. Karena itu, keimanan seorang muslim tidak akan sempurna kecuali jika dia telah mengatakan أَشْهَدُ أَنْ لاَ إِلَهَ إِلاّ اللهُDengan itulah, tauhid akan terwujud, dan juga dengan kalimat أَشْهَدُ أَنَّ مُحَمَّدًا رَسُوْلُ اللهِMakna kalimat ini, ialah tidak ada orang yang berhak diikuti, kecuali Rasulullah Shallallahu alaihi wa seorang muslim tidak boleh menjadikan seorang syaikh, madzhab, kelompok, jama’ah, nalar, pendapat, aturan politik, adat, taqlid, budaya, warisan nenek moyang, sebagai panutan dan diterima begitu saja tanpa melihat dalil. Seorang muslim tidak bisa dikatakan muslim yang sempurna, sampai ia melaksanakan ubudiyah penghambaan diri hanya untuk Allah saja dan menjadikan Rasulullah Shallallahu alaihi wa sallam sebagai orang yang dia ikuti. Barangsiapa yang menisbatkan diri kepada salah satu madzhab, kelompok atau jama’ah atau akal, maka ucapannya “Asyhadu anna Muhammad Rasulullah” masih dianggap kurang dan tidak yang telah kami sebutkan itu merupakan ketetapan semua ulama Islam, terutama para imam yang empat, Imam Abu Hanifah, Imam Syafi’i, Imam Malik dan Imam Ahmad, semoga Allah memberikan rahmat kepada mereka Abu Hanifah berkata ”Haram bagi seseorang mengemukakan pendapat kami, sampai dia mengetahui dari mana kami mengambilnya”.Dan Imam Malik, sambil memberikan isyarat ke arah makam Rasulullah Shallallahu alaihi wa sallam sambil berkata ”Semua orang, perkataannya bisa diambil dan bisa ditolak, kecuali perkataan orang yang ada di dalam kuburan ini,” yaitu Rasulullah Shallallahu alaihi wa sallam.”Imam Syafi’i berkata ”Jika ada hadits shahih, maka itulah madzhabku”.Pada suatu hari, datang kepadanya seseorang dan berkata “Wahai, Imam. Rasulullah Shallallahu alaihi wa sallam bersabda begini dan begini sambil menyebutkan hadits dalam masalah ini. Lalu, apa pendapatmu, wahai Imam?” Maka Imam Syafi’i marah besar dan berkata ”Apakah engkau melihat saya keluar dari gereja? Apakah engkau melihatku keluar dari tempat peribadatan orang Yahudi? Engkau menyampaikan sabda Rasulullah Shallallahu alaihi wa sallam. Maka aku tidak berkata apa pun, kecuali seperti apa yang dikatakan oleh Rasulullah Shallallahu alaihi wa sallam“.Karena itulah, salah satu muridnya yang bernama Yunus bin Abil A’la Ash Shadafi dalam satu majelis pernah ditanya tentang satu masalah. Maka dia menjawabnya dengan hadits Rasulullah Shallallahu alaihi wa sallam. Lalu ada yang bertanya ”Apa pendapat Imam Syafi’i dalam masalah tersebut?” Beliau menjawab ”Madzhab Imam Syafi’i ialah hadits Rasulullah Shallallahu alaihi wa sallam, karena saya pernah mendengar beliau berkata ”Jika ada hadits shahih, maka itulah madzhabku”.Begitu pula Imam Ahmad, beliau adalah orang yang selalu mengikuti atsar dan dalil. Beliau tidak pernah berhujjah, kecuali dengan dalil dari firman Allah atau sabda Rasulullah Shallallahu alaihi wa sallam. Demikian ini merupakan kewajiban bagi seorang alim, mufti dan orang yang meminta fatwa. Karena Allah memerintahkan orang-orang yang tidak memiliki ilmu agar أَهْلَ الذِّكْرِ إِنْ كُنْتُمْ لا تَعْلَمُونَMaka tanyakanlah kepada orang-orang yang memiliki pengetahuan jika kalian tidak mengetahui.[An-Nahl/1643].Akan tetapi, sebagian kaum muslimin berhenti sampai ayat ini saja. Mereka lupa dan tidak melanjutkan ayat tersebut. Padahal kelanjutan dari ayat tersebut adalah بِالْبَيِّنَاتِ وَالزُّبُرِDengan keterangan-keterangan dan kitab-kitab.[An-Nahl/1644].Maksudnya, jika Anda tidak mengetahui, maka bertanyalah kepada orang yang mengetahui dengan disertai dalil, hujjah dan bukti-bukti. Itulah makna firman Allah بِالْبَيِّنَاتِ وَالزُّبُرِAgama dan hukum Allah tidak diambil kecuali berdasarkan keputusan ijma’, penjelasan dan kaidah-kaidah para ulama yang dilandasi dengan dalil-dalil syar’i. Dari situ, tumbuhlah persatuan. Persatuan yang wajib digalang oleh kaum muslimin harus bertumpu pada tauhid dan ittiba’ kepada Rasulullah Shallallahu alaihi wa sallam. Persatuan secara fisik yang kita serukan harus didahului oleh persatuan atau kesamaan pemahaman. Pemahaman kita harus dilandasi dengan tauhid dan ittiba’ hanya kepada Rasulullah Shallallahu alaihi wa sallam. Dan inilah makna dari firman أَقِيمُوا الدِّينَ وَلَا تَتَفَرَّقُوا فِيهِTegakkanlah agama dan jangan kalian berpecah belah tentangnya.[Asy Syura/4213].Allah melarang kita berpecah-belah, dan jangan sampai ada sesuatu yang memecah-belah kita. Allah juga melarang kita meninggalkan Al Qur’an dan Sunnah Nabi Muhammad Shallallahu alaihi wa Shallallahu alaihi wa sallam telah memberitahukan kepada kita, bahwa pada akhir zaman nanti akan ada beberapa kaum yang mengingkari رَسُولِ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ أَنَّهُ قَالَ أَلَا إِنِّي أُوتِيتُ الْكِتَابَ وَمِثْلَهُ مَعَهُ أَلَا يُوشِكُ رَجُلٌ شَبْعَانُ عَلَى أَرِيكَتِهِ يَقُولُ عَلَيْكُمْ بِهَذَا الْقُرْآنِ فَمَا وَجَدْتُمْ فِيهِ مِنْ حَلَالٍ فَأَحِلُّوهُ وَمَا وَجَدْتُمْ فِيهِ مِنْ حَرَامٍ فَحَرِّمُوهُRasulullah shallallahu alaihi wasallam, beliau bersabda “Ketahuilah, sesungguhnya aku diberi Al -Qur’an dan yang semisal bersamanya As Sunnah. Lalu ada seorang laki-laki yang dalam keadaan kekenyangan duduk di atas kursinya berkata, “Hendaklah kalian berpegang teguh dengan Al-Qur’an! Apa yang kalian dapatkan dalam Al-Qur’an dari perkara halal maka halalkanlah. Dan apa yang kalian dapatkan dalam Al-Qur’an dari perkara haram maka haramkanlah.[HR Abu Daud dan Tirmidzi].Kedudukan Sunnah Rasulullah Shallallahu alaihi wa sallam sama dengan Al Qur’an. Di dalamnya disebutkan hal-hal yang halal dan haram. Orang yang mengingkari Sunnah, hukumnya kafir, keluar dari agama. Orang yang mengingkari Sunnah, berarti mengingkari Al Qur’ lihat, bagaimana Al Qur’an bisa sampai kepada kita? Al Qur’an sampai kepada kita dari generasi ke generasi. Para tabi’in mengambilnya dari para sahabat, dan para pengikut tabi’in mengambilnya dari para tabi’in. Begitu seterusnya, sehingga Al Qur’an bisa sampai kepada masa-masa terakhir ini, telah terjadi perbedaan. Kami menemukan beberapa kaum di antara mereka ada yang mengingkari Sunnah. Di antara mereka ada yang membacanya dengan niat mencari barakah dan tidak beramal dengan sunnah. Ada sebagian orang, yang sama sekali tidak perduli sama sekali dengan Sunnah, dan dia beranggapan bahwa yang dimaksud dengan Sunnah adalah satu hukum yang tidak ada sangsinya. Demikian ini merupakan dugaan yang para ulama, jika mengatakan “Sunnah” secara mutlak, maka maknanya tidak lepas dari dua Sunnah, sebagai sumber syari’at hukum. Dalam hal ini, kedudukan Sunnah sama dengan Al Qur’an, sebagaimana sabda Rasulullah Shallallahu alaihi wa sallam أَلاَ إِنِّي أُوْتِيْتُ الكِتَابَ وَمِثْلَهُ مَعَهُKedua Sunnah yang berarti sebagai salah satu hukum syar’i yang lima, yang berada di bawah wajib dan di atas mubah. Berdasarkan makna yang kedua ini, pelakunya akan diberi pahala, dan yang meninggalkannya tidak mendapat seseorang tidak memiliki kemampuan untuk mengambil dalil yang benar, maka lebih baik dia mengikuti jalan para sahabat, karena kebaikan hanya dari jalan mereka. Kemudian kebaikan ini diriwayatkan dan diambil oleh para tabi’in. Akan tetapi, pada jaman tabi’in, kebaikan tersebut tercampuri dengan noda dan bid’ah yang mulai muncul. Sehingga, muncullah kelompok-kelompok seperti Rafidhah, Qadariyah dan kelompok-kelompok sesat lainnya. Padahal, kebanyakan orang umumnya masih berada di atas kebaikan tersebut. Seiring dengan perjalanan waktu, Rasulullah Shallallahu alaihi wa sallam memberitahukan tentang keterasingan agama ini. beliau Shallallahu alaihi wa sallam bersabda Sesungguhnya agama Islam muncul dalam keadaan asing dan akan kembali menjadi asing. Maka keberuntungan bagi orang-orang yang asing. Ditanyakan kepada Nabi Shallallahu alaihi wa sallam “Siapa mereka, wahai Rasulullah?” Beliau menjawab “Sekelompok orang yang sedikit, yang berada di kalangan orang yang banyak. Mereka memperbaiki Sunnah-ku yang telah dirusak oleh orang.”[HR Tirmidzi]Oleh karenanya, ketika Imam Ahmad mendengar seseorang berkata – saat fitnah banyak bermunculan, di antaranya bid’ah yang menyatakan Al Qur’an adalah makhluk dan fitnah lainnya, “Ya, Allah. Matikanlah aku di atas Islam.” Maka Imam Ahmad berkata kepadanya ”Katakanlah, Ya, Allah. Matikanlah aku di atas Islam dan Sunnah’.”Kita memohon dan berdo’a kepada Allah, semoga kita dimatikan di atas Islam dan Sunnah, dan semoga kata-kata terakhir dalam hidup kita ialah laa ilaaha illallahRasulullah Shallallahu alaihi wa sallam juga memberitahukan kepada kita, bahwa setiap satu jaman berlalu dan datang jaman lain, maka semakin berat fitnah yang melanda umat ini dan perpecahan akan semakin nampak. Rasulullah Shallallahu alaihi wa salalm berkata kepada sahabatnya فَإِنَّهُ مَنْ يَعِشْ مِنْكُمْ بَعْدِي – أي من يطول به العمر- فَسَيَرَى اخْتِلَافًا كَثِيرًاSesungguhnya, barangsiapa yang hidup di antara kalian panjang umurnya, maka dia akan mendapatkan perbedaan yang sangat banyak.[HR Abu Daud].Perpecahan tersebut telah terjadi, dan ini adalah penyakit. Dan tidak ada satu penyakit, kecuali pasti ada obatnya. Obat dari penyakit ini, ialah sabda Rasulullah Shallallahu alaihi wa sallam dalam lanjutan hadits itu بِسُنَّتِي وَسُنَّةِ الْخُلَفَاءِ الْمَهْدِيِّينَ الرَّاشِدِينَ مِنْ بَعْدِي عَضُّوا عَلَيْهَا بِالنَّوَاجِذِMaka hendaklah kalian berpegang teguh dengan Sunnah-ku, dan sunnah para khulafaur rasyidin yang mendapat petunjuk. Gigitlah peganglah sunnah tersebut dengan Sunnah para khulafa’ dan Sunnah Rasulullah Shallallahu alaihi wa sallam adalah satu. Karena itulah Rasulullah Shallallahu alaihi wa sallam bersabda فَعَلَيْكُمْ بِسُنَّتِي وَسُنَّةِ الْخُلَفَاءِ الْمَهْدِيِّينَ الرَّاشِدِينَ مِنْ بَعْدِي , lalu setelah itu Beliau berkata “عَضُّوْا عليها” dengan lafazh satu tersirat dalam sabda beliau ini bahwa sunnah Rasulullah dan sunnah khulafa’ Ar Rasyidin adalah satu –red dan tidak berkata “عَضُّوْا عَلَيْهِمَا” gigitlah keduanya, maksudnya peganglah ia dengan sekuat-kuatnya.Pada hakikatnya, semua ini merupakan agama Allah. Karena, sebagaimana Allah memilih Rasulullah Shallallahu alaihi wa sallam sebagai utusanNya dari kalangan manusia, maka Allah juga memilih untuk nabiNya sahabat-sahabat yang pilihan. Allah mengutus Muhammad Shallallahu alaihi wa sallam kepada mereka untuk mengajar dan membersihkan mereka, sebagaimana yang telah Allah firmankan هُوَ الَّذِي بَعَثَ فِي الْأُمِّيِّينَ رَسُولًا مِّنْهُمْ يَتْلُو عَلَيْهِمْ آيَاتِهِ وَيُزَكِّيهِمْ وَيُعَلِّمُهُمُ الْكِتَابَ وَالْحِكْمَةَ وَإِن كَانُوا مِن قَبْلُ لَفِي ضَلَالٍ مُّبِينٍDia-lah yang mengutus kepada umat yang buta huruf seorang Rasul di antara mereka, yang membaca ayat-ayatNya kepada mereka, mensucikan mereka dan mengajarkan kepada mereka Kitab dan Hikmah Sunnah. Dan sesungguhnya mereka sebelumnya berada dalam kesesatan yang nyata.[Al Jumu’ah/622].Orang yang mencela Rasulullah Shallallahu alaihi wa sallam, berarti dia telah mencela Allah. Orang yang mencela sahabat Rasulullah Shallallahu alaihi wa sallam, sungguh dia telah mencela Rasulullah Shallallahu alaihi wa sallam. Agama ini adalah dari Kitab Allah dan Sunnah Rasulullah Shallallahu alaihi wa sallam dengan pemahaman para Salaful Umah, dari para sahabat dan tabi’in, seperti difirmankan يُشَاقِقِ الرَّسُولَ مِن بَعْدِ مَا تَبَيَّنَ لَهُ الْهُدَىٰ وَيَتَّبِعْ غَيْرَ سَبِيلِ الْمُؤْمِنِينَ نُوَلِّهِ مَا تَوَلَّىٰ وَنُصْلِهِ جَهَنَّمَ ۖ وَسَاءَتْ مَصِيرًاDan barangsiapa menentang Rasul setelah jelas kebenaran baginya dan mengikuti jalan yang bukan jalannya orang-orang mukminin, Kami biarkan dia leluasa terhadap kesesatan yang telah dikuasainya itu, dan Kami masukkan dia ke dalam Jahannam. Dan Jahannam itu seburuk-buruk tempat kembali.[An Nisaa/4115].Yang dimaksud jalan orang-orang mukminin, ialah para sahabat dan orang-orang yang berjalan di atas jalan mereka dari kalangan para tabi’in dan pengikut tabi’in sampai hari kiamat tiba. Keberadaan mereka, akan terus ada sampai hari kiamat datang, seperti yang akan kita jelaskan, insya ini adalah agama yang nilai-nilainya dipraktekkan, bukan agama filsafat atau teori semata. Agama ini telah tegak pada masa-masa yang lalu, sejak zaman Rasulullah Shallallahu alaihi wa sallam, era sahabat dan para tabi’in. Apa yang menjadi agama pada masa itu, maka pada sekarang ini, hal tersebut juga merupakan bagian dari agama. Dan jika pada zaman mereka ada satu hal yang bukan dari agama, maka sekarang ini, hal tersebut juga bukan termasuk dari agama yang dicintai dan diridhai ini adalah Kitab Allah, dan Kitab Allah memerintahkan agar kita mengikuti Rasulullah Shallallahu alaihi wa sallam. Dan Rasulullah, memerintahkan kita untuk mengikuti sahabat Rasulullah. Ini semua dicintai dan diridhai Allah. Begitulah yang difahami Imam Syafi’i dan ulama lainnya.Suatu waktu, Imam Syafi’i datang ke Masjidil Haram di Mekkah untuk menunaikkan ibadah haji. Beliau duduk dan berkata kepada orang-orang yang ada “Tanyalah kepadaku. Tidak ada orang yang bertanya tentang sesuatu kepadaku, kecuali aku akan menjawabnya dengan Kitabullah”.Maka ada orang awam berdiri dan bertanya “Wahai, imam. Ketika aku masuk Masjidil Haram, aku menginjak dan membunuh satu serangga. Padahal orang yang dalam keadaan ihram tidak boleh membunuh sesuatu. Akan tetapi, aku telah membunuh seekor serangga. Apa jawabannya dari Kitabullah?”.Setelah memuji Allah dan shalawat kepada Rasulullah Shallallahu alaihi wa sallam, Imam Syafi’i berkata Allah berfirman مَنْ يُّطِعِ الرَّسُوْلَ فَقَدْ اَطَاعَ اللّٰهَ“Barangsiapa yang menaati Rasul itu, sesungguhnya ia telah menaati Allah.” [An Nisa/4 80]Sementara Rasulullah Shallallahu alaihi wa sallam berkata فَعَلَيْكُمْ بِسُنَّتِي وَسُنَّةِ الْخُلَفَاءِ الْمَهْدِيِّينَ الرَّاشِدِينَ مِنْ بَعْدِيMaka hendaklah kalian berpegang teguh dengan Sunnah-ku dan sunnah para khulafaur rasyidin yang mendapat petunjuk.[HR Abu Daud]Dan di antara Khulafaur Rasyidin adalah Umar bin Khaththab. Kemudian beliau membawakan sebuah riwayat bahwa ada seseorang bertanya kepada Umar bin Khaththab tentang seseorang yang membunuh seekor serangga dalam keadaan ihram. Maka Umar menjawab, ”Tidak ada denda sangsi apa pun atas kamu”. Maka Imam Syafi’i berkata “Jawabanku dari Kitabullah, wahai orang yang berbuat seperti itu, sesungguhnya engkau tidak mendapat sangsi apapun. Itulah jawaban dari kitab Allah.”Nabi Shallallahu alaihi wa sallam telah menceritakan kepada kita, bahwa akan terjadi perpecahan pada umat ini. Beliau Shallallahu alaihi wa sallam juga menjelaskan, Yahudi terpecah menjadi 71 golongan, Nashara akan terbagi menjadi 72 golongan. Dan kaum muslimin, akan terpecah menjadi 73 kelompok. Rasulullah kemudian berkata, semua kelompok itu –semuanya- akan masuk ke dalam neraka, kecuali satu kelompok saja. Ditanyakan kepadanya “Siapa mereka, wahai Rasulullah?” Beliau Shallallahu alaihi wa sallam menjawab “Yaitu orang-orang yang berada di atas jalanku dan jalan para sahabatku pada hari ini.”Perpecahan itu juga telah dijelaskan oleh para sahabat Rasulullah Shallallahu alaihi wa sallam. Para sahabat benar-benar menekuni agama ini dengan amalan nyata. Karena sesuatu yang bersifat teori, akal dan pemahaman bisa berbeda-beda. Namun, jika berbentuk praktek dan amalan, maka itu merupakan hal yang terbaik dalam menafsirkan firman Allah dan ucapan Rasulullah Shallallahu alaihi wa sallam . Perbedaan seperti ini sudah ada ketika muncul para imam dan Daulah Islam. Para fuqaha ahli fiqih jatuh ke dalam perbedaan tersebut. Namun perbedaan yang terjadi pada di kalangan mereka memiliki ketentuan-ketentuan dan kaidah-kaidah yang sesuai dengan syar’i, sehingga tidak ada saling mencela dan fuqaha, terutama para imam yang empat, mereka saling mencintai. Kita juga harus mencintai mereka, berlepas diri dari orang-orang yang mencela mereka. Namun kita juga yakin, di antara mereka, tidak ada satu pun yang ma’shum. Semoga Allah memberikan rahmatNya kepada tetapi, setelah itu, pada masa akhir-akhir ini muncul fanatisme dan taqlid buta kepada imam-imam tersebut. Sehingga ada sebagian orang yang bermadzhab Syafi’i berkata, bahwa orang yang bermadzhab Syafi’i tidak boleh menikah dengan wanita yang bermadzhab Hanafi. Dan orang yang bermadzhab Hanafi tidak boleh menikah dengan wanita yang bermadzhab Syafi’i. Sehingga terjadilah fanatisme yang tercela dan taqlid buta yang tidak dicintai dan diridhai ini terpecah dengan perpecahan yang sangat dahsyat. Setiap golongan umat ini tidak beribadah kepada Allah, kecuali dengan madzhab satu imam. Kemudian pemahaman agama hanya diambil dari catatan-catatan dan buku-buku ulama terdahulu tanpa kembali kepada dalil-dalil yang syar’i. Sehingga semakin menambah perbedaan dan perpecahan umat ini, karena persatuan tidak akan mungkin terwujud kecuali jika dilandasi dengan Kitabullah dan Sunnah Rasulullah Shallallahu alaihi wa sallam. Seiring dengan bergulirnya waktu, maka perbedaan yang ada semakin keras dan kekuatan dan kekuasaan Islam hilang, muncul sekelompok orang yang ingin memperbaiki keadaan dan mendirikan agama ini. Masing-masing kelompok menempuh metode tersendiri, sehingga terjadi perpecahan dan perbedaan yang tajam di antara mereka. Padahal ahlul haq orang-orang yang berada di atas kebenaran masih ada. Dan sebelumnya Rasulullah Shallallahu alaihi wa sallam telah menceritakan tentang orang-orang tersebut dalam haditsnya لَا تَزَالُ طَائِفَةٌ مِنْ أُمَّتِي ظَاهِرِينَ عَلَى الْحَقِّ حَتَّى تَقُومَ السَّاعَةُMasih akan terus ada satu kelompok pada umatku, mereka akan tetap berada di atas kebenaran sampai hari kiamat datang.[HR Bukhari dan Muslim].Pada asalnya, kaum muslimin harus menjadi umat yang bersatu di atas tauhid dan Sunnah Rasulullah Shallallahu alaihi wa sallam seperti yang telah kami jelaskan. Dan juga, satu sama lain harus saling mencintai karena agama Allah. Ketika terjadi perselisihan antara seorang Muhajirin dan seorang Anshar, dan Rasulullah Shallallahu alaihi wa sallam mendengar orang Anshar berkata “Wahai orang-orang Anshar!” dan yang Muhajirin berkata “Wahai orang-orang Muhajirin!”Sebutan Muhajirin dan Anshar adalah dua nama yang syar’i dan dicintai Allah. Allah telah menyebutkan dalam الْاَوَّلُوْنَ مِنَ الْمُهٰجِرِيْنَ وَالْاَنْصَارِ وَالَّذِيْنَ اتَّبَعُوْهُمْ بِاِحْسَانٍۙ رَّضِيَ اللّٰهُ عَنْهُمْ وَرَضُوْا عَنْهُDan orang-orang yang terdahulu dari kalangan Muhajirin dan Anshar serta orang-orang yang mengikuti mereka dengan kebaikan, maka Allah telah ridha kepada mereka dan mereka juga telah ridha kepada Allah. [At-Taubah/9100]Namun ketika terjadi perbedaan antara keduanya dan masing-masing memanggil kelompoknya, maka Rasulullah Shallallahu alaihi wa sallam berkata kepada mereka “Apakah kalian melakukan adat jahiliyah, padahal aku berada di tengah-tengah kalian?”Sabda Beliau “kalian telah melakukan adat jahiliyah” ini ditujukan kepada orang yang mengatakan “Wahai orang-orang Anshar” dan yang berkata ”Wahai orang-orang Muhajirin”.Jadi, seharusnya umat ini bersatu dan menjadikan Kitabullah dan Sunnah Rasulullah Shallallahu alaihi wa sallam sebagai penentu hukum di antara mereka. Keduanya adalah agama yang diamalkan oleh para sahabat. Mengamalkan agama dengan pemahaman dan amalan para sahabat Rasulullah Shallallahu alaihi wa yang mengikuti para sahabat akan terus ada, seperti disabdakan oleh Rasulullah Shallallahu alaihi wa تَزَالُ طَائِفَةٌ مِنْ أُمَّتِي ظَاهِرِينَ عَلَى الْحَقِّ حَتَّى تَقُومَ السَّاعَةُMasih akan terus ada satu kelompok pada umatku, mereka akan tetap berada di atas kebenaran sampai hari kiamat ini harus kita cermati. Dengan memahaminya, maka orang akan merasa tenang, tidak goncang dan bingung. Hadits ini penjelasannya Pertama Disebutkan di dalamnya “masih akan terus ada”, yang artinya “tidak akan terputus”. Maka siapa pun yang mengajak kepada kebenaran, lalu dakwahnya sampai kepada seorang tertentu, dan sebelumnya tidak ada kelompok atau jama’ah kecuali setelah orang tersebut muncul, maka dia tidak termasuk di dalam hadits ini. Karena Rasulullah Shallallahu alaihi wa sallam berkata ”Masih akan terus ada pada umatku”. Dan ahlul haq tidak pernah mengajak, kecuali kepada Al Qur’an dan Sunnah Rasulullah Shallallahu alaihi wa sallam dengan pemahaman para salafush shalih. Kelompok yang disebutkan Rasulullah Shallallahu alaihi wa sallam ini akan terus ada dan memiliki sanad jalur periwayatan yang sampai kepada Rasulullah Shallallahu alaihi wa Sabda Nabi Shallallahu alaihi wa sallam “akan tetap eksis atau menang”. Ini tidak berarti mereka haruslah golongan yang kuat atau menang dengan kekuatan materi. Akan tetapi, mereka tetap menang dengan hujjah, dalil, keterangan, penjelasan dan kaidah-kaidah para ulama. Mereka tetap teguh di atas kebenaran. Rasulullah Shallallahu alaihi wa sallam menceritakan tentang keadaan mereka dalam sabdanya لاَ يَضُرُّهُمْ مَنْ خَذَلَهُمْTidak mempengaruhi mereka orang-orang yang tidak memperdulikan dalam riwayat Musnad Imam Ahmadإِلاَّ لَعْوَاءُ تُصِيْبُهُمْKecuali jika musibah yang menimpa mereka.Maka kelompok manapun, di negeri manapun, dan kapanpun mereka berada sementara musuh-musuh mereka berhasil mengecilkan nyali dan menekan mentalnya, maka mereka ini bukan yang termasuk dalam hadits Rasulullah Shallallahu alaihi wa sallam tersebut, karena Nabi Shallallahu alaihi wa sallam berkata “tidak mempengaruhi mereka orang-orang yang mencela dan mengganggu mereka”.Kelompok yang disebutkan ini adalah yang berada di atas agama Rasulullah Shallallahu alaihi wa sallam dan para sahabatnya. Kelompok tersebut akan menjadi kelompok yang mendapat pertolongan dan akan menggenggam masa depan yang bagus. Allah telah menceritakan dalam KitabNya, dan Rasulullah Shallallahu alaihi wa sallam dalam Sunnah-nya yang shahih, bahwa masa depan akan menjadi milik agama ini. Dan agama ini akan menang dan merambah seluruh كَانَ يَظُنُّ اَنْ لَّنْ يَّنْصُرَهُ اللّٰهُ فِى الدُّنْيَا وَالْاٰخِرَةِ فَلْيَمْدُدْ بِسَبَبٍ اِلَى السَّمَاۤءِ ثُمَّ لْيَقْطَعْ فَلْيَنْظُرْ هَلْ يُذْهِبَنَّ كَيْدُهٗ مَا يَغِيْظُBarangsiapa yang menduga bahwa Allah tidak akan menolongnya Muhammad di dunia dan akhirat, maka hendaknya dia merentangkan tali ke langit, kemudian hendaklah ia melaluinya, kemudian hendaklah dia pikirkan apakah tipu dayanya itu dapat melenyapkan apa yang menyakitkan hatinya [Al-Hajj/2215].Makna ayat ini ialah Wahai, seluruh manusia. Barangsiapa yang menduga Allah tidak akan menolong Nabi Muhammad Shallallahu alaihi wa sallam dan agamanya, maka lebih baik dia menggantung dirinya dengan tali di atap rumahnya, lalu membunuh dirinya. Karena Allah benar-benar menolong Nabi dan Shallallahu alaihi wa salalm pernah ditanya “Kota manakah yang lebih dulu dibebaskan, Qostantiniyah Konstantinopel yaitu di Turki atau Roma ibukota Italia?” Beliau Shallallahu alaihi wa sallam menjawab “Qostantiniyah dahulu, kemudian Roma.”Dan Qostantiniyah telah dibebaskan semenjak tahun 1543M, dibebaskan lebih dari 800 tahun setelah Rasulullah Shallallahu alaihi wa sallam menceritakan kabar tersebut dalam haditsnya. Dan kita sedang menunggu penaklukkan kota Roma, sebagaimana dikabarkan oleh Rasulullah Shallallahu alaihi wa Shallallahu alaihi wa sallam menceritakan dalam hadits yang diriwayatkan oleh Tsauban سَتَكُوْنُ فِيْكُمْ النُّبُوَّةُ مَاشَاءَ اللهُ أَنْ تَكُوْنَ ثُمَّ تَنْقَضِي, ثُمَّ تَكُوْنُ فِيْكُمْ خِلاَفَةٌ رَاشِدَةٌ مَاشَاءَ اللهُ لَهَا أَنْ تَكُوْنَ ثُمَّ تَنْقَضِي, ثُمَّ يَكُوْنُ فِيْكُمْ مُلْكٌ مِيْرَاثِي مَاشَاءَ اللهُ لَهُ أَنْ يَكُوْنَ ثُمَّ يَنْقَضِي, ثُمَّ يَكُوْنُ لَكُمْ مُلْكٌ عَضُوْدِي –ملك جبري –مَاشَاءَ اللهُ لَهُ أَنْ يَكُوْنَ ثُمَّ يَنْقَضِي , ثُمَّ تَكُوْنُ فِيْكُمْ خِلاَفَةٌ عَلَى نَـهْجِ النُّبُوَّةِAkan datang pada kalian masa kenabian sesuai dengan kehendak Allah, setelah itu habis masanya. Lalu akan datang zaman Khilafah Rasyidah sesuai dengan kehendak Allah, lalu setelah itu habis masanya. Lalu datang masa kerajaan yang turun menurun sesuai dengan kehendak Allah, lalu setelah itu habis masanya. Lalu datang masa kerajaan dengan cara paksaan peperangan dengan kehendak Allah berdiri, lalu setelah itu habis masanya. Kemudian datang masa Khilafah yang berada di atas jalan samping Allah mempersiapkan segala sesuatunya untuk pendirian khilafah yang berada di atas jalan kenabian tersebut, Allah juga mempersiapkan sebab-sebabnya. Di antara sebabnya, adalah Allah memberikan kemudahan kepada para ulama untuk menjelaskan hadits-hadits shahih dan jalan para salafush shalih dari umat imam-imam ulama tersebut yang diawali oleh Bukhari, lalu Muslim, Nasaa-i, Abu Dawud dan Ibnu Majah. Mereka semua bukanlah dari golongan bangsa Arab. Bukhari dari negeri Bukhara, Muslim dari Naisabur, Nasaa-i dari Nasaa’, Abu Dawud dari Sijistan, Ibnu Majah dari Qozwin. Mereka semua adalah orang ajam bukan Arab. Mereka adalah para ulama hadits, muncul setelah masa para imam empat, yaitu Syafi’i, Malik, Abu Hanifah, dan Ahmad. Pada zaman para fuqaha, Sunnah belum dibukukan dalam satu buku, namun setelah zaman Allah menurunkan keutamaanNya untuk kita di negeri Syam dengan munculnya Syaikh Imam dalam ilmu hadits yaitu Abu Abdir Rahman Muhammad Nashiruddin bin Nuh Najati Al Albani. Beliau datang dari negeri Albania, dibawa hijrah oleh ayahnya ke Damaskus guna menjaga agamanya. Kemudian diusir dari Damasqus, lalu menuju ke Yordania. Beliau tinggal disana lebih dari 50 tahun. Setiap hari selama lebih dari 18 jam, beliau melakukan penelitian terhadap hadits-hadits Rasulullah Shallallahu alaihi wa sallam , baik dari buku-buku cetakan atau dari manuskrip-manuskrip kuno. Selama itu, beliau mengarang dan menjelaskan hadits-hadits Nabi .Setelah itu, dengan keutamaan Allah, muncul ulama-ulama sunnah di negeri-negeri kaum muslimin. Mereka mengajak untuk kembali kepada Sunnah Rasulullah Shallallahu alaihi wa sallam dan sunnah para sahabatnya. Inilah tanda-tanda khilafah yang telah diceritakan Rasulullah Shallallahu alaihi wa sallam dan yang akan kembali kepada umat ini, Insya Allah. Khilafah tersebut berada di atas jalan kenabian, jalan para sahabat dan tabi’in yang datang setelah Beliau Shallallahu alaihi wa sebab itu, wahai saudara-saudaraku! Jika ingin menolong dan menyebarkan agama kita, maka kita harus mempelajari Al Qur’an. Karena dengan menghafal dan menjaganya, hati akan menjadi mulia. Dengan memahami dan mentadabburinya menghayatinya, akal pikiran menjadi mulia. Kita juga harus menghafal dan menjaga hadits-hadits Nabi Shallallahu alaihi wa sallam , atsar para sahabat dan tabi’in. Mengetahui perkataan-perkataan mereka dalam menghukumi masalah-masalah. Kita juga harus selalu mempelajari agama Allah dengan dalil-dalilnya yang syar’i dan shahih. Kita jangan bersikap fanatik kepada seseorang, madzhab, kelompok dan jama’ah. Kita harus bersikap lembut, memberi nasihat, menunjukkan rasa cinta kepada saudara-saudara kita yang terjerumus ke dalam jurang fanatisme terhadap satu kelompok. Jika kamu menolak nasihat kami, maka jangan kamu berikan semua akalmu kepada yang engkau ikuti, teapi sisakan sedikit, agar kamu bisa bertadabbur dan berpikir. Jika kamu merasa berat untuk melihat kebenaran kecuali dari tempat yang sempit dan kamu merasa tertahan di tempat tersebut, maka hendaklah kamu menjaga kunci tempat tersebut di tanganmu atau di sakumu; jangan engkau buang jauh dan jangan berikan kepada orang lain. Karena, jika pada suatu saat kamu mengetahui mana yang benar, maka kamu bisa keluar dari tempat tersebut dalam keadaan tenang dan bebas. Dan kamu bisa melihat kebenaran dari tempat yang luas dengan dalilnya yang shahih dan syar’i. Akhirnya, engkau akan berjalan di atas jalan para ketahuilah dengan seyakin-yakinnya, wahai saudara-saudaraku! Sesungguhnya akhir umat ini tidak akan menjadi baik, kecuali jika mencontoh umat yang pertama. Tidak ada jalan untuk memperbaiki umat ini, kecuali dengan jalan para ulama, duduk di majlis para ulama, mempelajari agama dengan pemahaman mereka dan mengamalkannya, kemudian menyebarkannya. Maka dengan itu, kaum mukminin akan bergembira dengan pertolongan dari Allah. Saya mengharap kepada Allah, agar kita dijadikan dari salah satu sebab ditolongnya agama ini, dan sebab penyebarluasan Sunnah Rasulullah Shallallahu alaihi wa Allah memberikan manfaat kepada kita dan menjadikan kita berguna bagi orang lain, juga menjadikan apa yang telah kita katakan dan kita dengar ini menjadi hujjah pembela untuk kita, bukan penggugat diri kita. Semoga Allah menjadikan itu semua sebagai timbangan kebaikan kita, dan menjadikan timbangan kita berat karenanya, Insya Allah.Naskah ini diangkat dari ceramah Syaikh Masyhur bin Hasan Alu Salman di Universitas Islam Negeri Malang, pada tanggal 7 Desember 2004. Ditranskrip ulang dan diterjemahkan oleh al akh Nashiruddin[Disalin dari majalah As-Sunnah Edisi 01/Tahun IX/1426H/2005M. Diterbitkan Yayasan Lajnah Istiqomah Surakarta, Jl. Solo – Purwodadi Selokaton Gondangrejo Solo 57183 Telp. 0271-858197 Fax Pemasaran 085290093792, 08121533647, 081575792961, Redaksi 08122589079]
mengikuti sunnah para sahabat dan khulafaur rasyidin merupakan perintah